Selasa, 14 Juli 2009

Hepatitis dan Sirosis Hati

Hepatitis
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ) (Anonim, 2007).
Hepatitis merupakan penyakit yang sangat umum, yang dapat terjadi bahkan pada orang yang sistem kekebalannya baik. Hepatitis juga bisa mengakibatkan goresan hati (sirosis), kanker hati, dan kegagalan fungsi hati yang bisa mematikan.
Banyak kasus hepatitis tidak segera diobati karena gejalanya serupa dengan serangan flu. Gejala hepatitis yang paling umum adalah nafsu makan hilang, kelelahan, demam, pegal sekujur tubuh, mual dan muntah serta nyeri pada perut. Pada kasus yang berat, air seni dapat berwarna gelap, buang air besar dapat berwarna pucat, dan kulit serta mata dapat menguning (disebut ikterus atau jaundice) (Anonim, 2008).

Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi berlangsung selama 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A (Anonim, 2007).

Hepatitis B
Tipe B (serum atau hepatitis dengan masa inkubasi panjang) juga banyak diderita oleh pengidap virus HIV-positif. Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan dapat mengurangi kasus yang disebabkan oleh transfusi. Tingkat kekronikan pada penderita 10% pada orang dewasa, 50% pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 80-90% pada bayi (2009, Anonim).
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual (Anonim, 2007).

Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh membersihkannya dan tidak ada konsekwensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.
Salah satu gejala umum dari Hepatitis C adalah kelelahan kronis. Kelelahan juga bisa sebagai efek samping pengobatan Hepatitis C. Rasa lelah akibat Hepatitis C dapat diatasi dengan istirahat cukup dan menjalankan olah raga yang rutin. Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya.
Jika gejala-gejala di bawah ini ada yang mungkin samar :
• Lelah
• Hilang selera makan
• Sakit perut
• Urin menjadi gelap
• Kulit atau mata menjadi kuning (disebut "jaundice") jarang terjadi
(Anonim, 2009)

Hepatitis D , E dan G
Tipe D (hepatitis delta) merupakan 50% hepatitis tiba-tiba dan parah, dengan angka kematian yang tinggi. Di Amerika serikat, 1% dari penderita hepatitis D meninggal dengan gagal hati dalam waktu 2 minggu dan infeksi kebanyakan menyerang para pemakai obat-obatan intravena dan penderita hemofilia. Masa inkubasi adalah 1-90 hari. Tingkat keparahan mencapai 2-70% (Anonim, 2009).
Hepatitis E banyak menyerang orang yang kembali dari daerah endemis seperti India, Afrika, Asia, Amerika Tengah. Dan lebih banyak diderita oleh anak-anak dan wanita hamil. Masa inkubasi 15-60 hari, rata-rata adalah 40 hari. Penyakit hepatitis E erupakan penyakit non-kronik (Anonim, 2009). Sedangkan hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan (Anonim, 2009).

Tipe Hepatitis Lain
Hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, obat, atau pun racun mengakibatkan gejala yang sama seperti hepatitis virus. Tugas hati adalah untuk menguraikan zat yang terdapat dalam darah, dan beban dapat menjadi terlalu berat. Beberapa obat yang dipakai untuk memerangi HIV atau pun penyakit terkait AIDS dapat mengakibatkan hepatitis. Begitu juga dengan parasetamol/asetaminofen yang merupakan obat penawar nyeri yang umum.
Pengobatan yang paling baik untuk tipe hepatitis ini adalah menghentikan penggunaan alkohol, narkoba atau obat yang mengganggu hati. Jika hepatitis disebabkan oleh infeksi oportunistik (IO) yang terkait AIDS maka IO itu harus ditangani agar hati dapat pulih (Anonim, 2008).

Sirosis Hati
Sirosis adalah perusakan jaringan hati normal yang meninggalkan jaringan parut yang tidak berfungsi di sekeliling jaringan hati yang masih berfungsi. Penyakit yang menyebabkan kerusakan hati akan mengakibatkan sirosis. Di AS, penyebab paling sering adalah penyalahgunaan alkohol. Pada usis 45-65 tahun, sirosis merupakan penyebab kematian ketiga, setelah penyakit jantung dan kanker. Di beberapa negara Asia dan Afrika, penyebab utama dari sirosis adalah hepatitis kronis.
Beberapa penderita sirosis ringan tidak memiliki gejala dan nampak sehat selama bertahun-tahun. Penderita lainnya mengalami kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan dan merasa sakit. Jika aliran empedu tersumbat selama bertahun-tahun, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), gatal-gatal dan timbul nodul kecil di kulit yang berwarna kuning, terutama di sekeliling kelopak mata. Malnutrisi biasa terjadi karena buruknya nafsu makan dan terganggunya penyerapan lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yang disebabkan oleh berkurangnya produksi garam-garam empedu.
Terkadang terjadi batuk darah atau muntah darah karena adanya perdarahan dari vena varikosa di ujung bawah kerongkongan (varises esofageal). Pelebaran pembuluh darah ini merupakan akibat dari tingginya tekanan darah dalam vena yang berasal dari usus menunju ke hati. Tekanan darah tinggi ini disebut sebagai hipertensi portal, yang bersamaan dengan jeleknya fungsi hati, juga bisa menyebabkan terkumpulnya cairan di dalam perut (asites) (Anonim, 2009).

Penyebab Hepatitis dan Sirosis
Para ilmuwan mengetahui tujuh virus yang bisa menyebabkan hepatitis. Ini disebut virus hepatitis A, B, C, D, E, F dan G, atau HAV, HBV, dan seterusnya. Lebih dari 90% kasus hepatitis disebabkan HAV, HBV dan HCV.
Hepatitis virus dapat bersifat akut atau kronis. Akut berarti penderita akan sakit selama beberapa minggu dan kemudian pulih total. Hepatitis kronis berarti hati penderita hepatitis mungkin sudah terkena radang selama enam bulan atau lebih. Hepatitis kronis menetap di tubuh penderita dan dapat menulari orang lain serta penyakit tersebut dapat menjadi aktif lagi.
HAV dan HEV merupakan penyakit akut dan tidak pernah menjadi kronis. Keduanya menular melalui kontak dengan tinja, baik secara langsung atau pun melalui makanan yang tersentuh oleh tangan yang tercemar. HBV merupakan virus hepatitis yang paling umum. Infeksi ini bisa ditularkan di antara anggota keluarga, melalui hubungan seks, atau kontak dengan darah yang terinfeksi.
HCV biasanya ditularkan melalui kontak dengan darah atau jarum yang tercemar. HCV dapat sangat ringan atau sama sekali tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat menyebabkan kerusakan hati yang berat pada kurun waktu sepuluh tahun setelah infeksi awal. Hampir semua orang yang terinfeksi HCV secara terus-menerus dapat menulari orang lain.
HDV hanya muncul pada orang dengan HBV. Penyakit pada orang yang terinfeksi HDV menjadi lebih berat dibandingkan orang yang hanya terinfeksi HBV. Penyebab hepatitis G adalah virus HGV. HGV sebetulnya lebih benar disebut sebagai virus GBV-C. Infeksi GBV-C adalah umum pada pecandu narkoba (Anonim, 2008).
Sedangkan penyebab terjadinya sirosis adalah sebagai berikut:
1. Penyalahgunaan alkohol
2. Penggunaan obat-obatan tertentu
3. Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu
4. Infeksi (termasuk hepatitis B dan hepatitis C)
5. Penyakit autoimun (termasuk hepatitis autoimun menahun)
6. Penyumbatan saluran empedu
7. Sumbatan menetap pada aliran darah dari hati (misalnya sindroma Budd-Chiari)
8. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
9. Kadar galaktosa tinggi dalam darah
10. Kadar tirosin tinggi dalam darah pada saat lahir (tirosinosis kongenitalis)
11. Penyakit penimbunan glikogen
12. Kencing manis (diabetes)
13. Kurang gizi
14. Penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan (penyakit Wilson)
15. Kelebihan zat besi (hemokromatosis).
(Anonim, 2009)

Pencegahan, Pengobatan dan Penanggulangan
Pencegahan dapat dilakukan dengan tepat jika kita mengetahui cara-cara penularan berbagai penyakit hepatitis. Hepatitis A menular melalui makanan dan minuman yang tercemar feses penderita hepatitis A. Kebiasaan jajan makanan dan minuman di sembarang tempat meningkatkan resiko tertular penyakit hepatitis A. Makanan mentah maupun setengah matang berpotensi terkontaminasi virus ini.
Beberapa cara pencegahan terhadap penyakit hati adalah sebagai berikut:
1) Imunisasi
Imunisasi sangat efektif mencegah infeksi suatu penyakit. Setelah imunisasi tubuh akan menghasilkan antibodi yang merupakan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Imunisasi hepatitis A diberikan pada anak-anak usia antara 2 hingga 18 tahun sebanyak satu kali. Orang dewasa membutuhkan imunisasi ulang (booster) setelah 6 hingga 12 bulan imunisasi pertama. Kekebalan yang didapat dari imunisasi ini dapat bertahan selama 15 hingga 20 tahun. Namun seseorang yang telah diimunisasi dapat terkena hepatitis A jika ia terinfeksi VBA antara waktu 2 hingga 4 minggu setelah imunisasi, karena pada saat itu tubuh belum menghasilkan antibodi dalam jumlah cukup.
Imunisasi lengkap hepatitis B dapat mencegah infeksi VHB selama 15 tahun. Imunisasai hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi pertama dan kedua diberikan dalam jarak 1 bulan. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan 5 bulan setelah imunisasi kedua. Pemberian imunisasi hepatitis B sebaiknya sedini mungkin yaitu saat bayi hendak pulang dari rumah bersalin.
Bagi orang dewasa sebelum diimunisasi, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan untuk melihat kadar anti HBS. Anti HBS adalah antibodi terhadap antigen permukaan VHB (HBs-Ag). Dengan begitu dapat dinilai apakah tubuh telah memiliki kekebalan terhadap hepatitis B atau tidak. Jika tubuh telah memiliki cukup kekebalan terhadap hepatitis B maka imunisasi hepatitis B tidak diperliukan lagi. Namun pada kenyataannya pemeriksaan kadar anti-HBs lebih mahal daripada harga vaksin hepatitis B. Dengan begitu bagi mereka yang beresiko tinggi tertular VHB imunisasi bisa langsung diberikan.
2) Imunitas sementara
Mereka yang sering bepergian ke daerah lain sebaiknya mendapatkan kekebalan sementara untuk mencegah infeksi VHA terutama jika daerah tujuannya adalah daerah endemik hepatitis A atau daerah yang sanitasinya buruk. Imunitas sementara dapat diperoleh dengan pemberian immunoglobulin (Ig). Ig untuk pencegahan hepatitis A berisi antivirus hepatitis A yang sangat efektif setelah 2 minggu pemberian. Untuk mereka yang harus menetap di daerah endemic, Ig anti VHA sebaiknya diulang setiap 3 hingga 5 bulan.
3) Menjaga kebersihan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap kali selesai buang air besar dan kecil sangat dianjurkan untuk menghambat penularan VHA. Hal yang sama perlu dilakukan pula pada saat sebelum makan, mengolah dan menyiapkan makanan. Awasi dan berikan pngertian pada anak-anak agar tidak memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya (Anonim, 2009)
4) Tidak menggunakan barang orang lain
Barang-barang yang dapat menyebabakan luka dapat menjadi media penularan virus hepatitis B dan C. Barang-barang tersebuat antara lain pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi, dan lain-lain.
5) Melakukan hubungan seks sehat dan aman
Melakukan hubungan seks dengan bergonta ganti pasangan beresiko tinggi tertular hepatitis B dan C.
6) Jika terinfeksi hepatitis B jangan mendonorkan darah
Palang merah Indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah yang di donorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus hepatitis B atau C maka darah tersebut akan dimusnahkan.
7) Bersihkan ceceran darah
Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus.
(Anonim, 2009)
Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran) maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi, pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa antivirus pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus hepatitis B (VHB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi peradangan hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati maupun sirosis. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mencegah meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi hepatitis yang lebih buruk.
Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hati seperti hepatitis dan sirosis diantaranya adalah:
1. Istirahat di tempat tidur
Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat mengalami fase akut. Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Penderita harus mengurangi aktivitas hariannya. Tujuan dari istirahat ini adalah memberi kesempatan pada tubuh untuk memulihkan sel-sel yang rusak.
2. Pola makan sehat
3. Pemberian obat dan antivirus
Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi di hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita diberi antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini adalah untuk menekan replikasi virus.
(Anonim, 2009)

Diet yang Dianjurkan
Diet yang dianjurkan bagi penderita penyakit hati adalah Diet Penyakit Hati. Tujuan diberikan diet khusus bagi penderita penyakit hati adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati dengan cara:
1) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan / atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
2) Mencegah katabolisme protein.
3) Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang.
4) Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus dan hipertensi portal.
5) Mencegah koma hepatik.

Syarat diet bagi penyakti hati adalah:
1. Energi tinggi yang diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu sebesar 40-45 Kal/kg BB.
2. Lemak cukup, yaitu sebesar 20-25 % dari total kebutuhan energi dalam bentuk mudah dicerna.
3. Protein cenderung tinggi sebesar 1.25-1.5 g/kg BB sesuai dengan kemampuan pasien. Pada Diet Hati I diberikan protein sebesar 0.5 g/kg BB, pada Diet Hati II diberikan protein sebesar 1 g/kg BB dan pada Diet Hati III diberikan protein dengan rasio perbandingan nitrogen 150:1.
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B kompleks, C dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia.
5. Pemberian natrium dilakukan sesuai dengan keadaan pasien. Pemberian natrium rendah tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat diuretika maka pemberian garam natrium tidak dikurangi.
6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
7. Bentuk makanan diberikan sesuai keadaan pasien. Bila ada keluhan mual dan muntah maka diberikan makanan lunak atau makanan biasa sesuai dengan kemampuan saluran cerna.
(Almatsier, 2006)

Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Makanan pada Diet Hati I rendah energi, protein, kalsium, zat besi dan thiamin karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
Diet Hati II diberikan sebagai makanan peralihan dari Diet Hati I kepada pasien yang nafsu makannya sudah membaik. Makanan ini cukup energi, zat besi, vitamin A dan C namun kurang kalsium dan thiamin. Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau pada pasien hepatitis akut dan sirosis hati yang nafsu makannya telah membaik dan dapat menerima protein serta tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

wow terimakasih atas informasinya..bermanfaat sekali bagi orang-orang yang baru mengenal ilmu gizi. akan tetapi mhn informasinya dipersingkat dengan padat, tepat dan jelas..biar gk terlalu panjang shgga orang jadi malas untuk bacanya....
tingkatkan.........

U are What U eat mengatakan...

Klo sering mrasa sakit di ulu hati, itu bagaimana?

Mahani mengatakan...

Anonim:
Terimakasih sarannya :) insyaAllah posting-posting berikutnya akan dipersingkat...

U are What U eat:
Apa yang dirasakan hanya rasa sakit pada ulu hati?Ada keluhan lain?Rasa sakit yang timbul di ulu hati tidak merupakan gejala pasti bahwa terdapat gangguan pada hati. Rasa sakit di ulu hati dapat juga ditimbulkan dari gangguan pada saluran pencernaan atau gangguan pada saluran pernafasan. Untuk lebih jelasnya perlu dilakukan pemeriksaan ke dokter.

Agnes Pratiwi mengatakan...

hepatitis itu akan kambuh lg atau tidak?

saya pernah mendengar istilah SGOT dan SGPT. itu apa ya? jika dalam hasil lab nilainya berada di bawah normal itu berarti apa? kemudian makanan yang harus dikonsumsi apa?

Terima kasih...

Rino mengatakan...

Mantap informasinya